Jumat, 22 Februari 2013

Tanda Cinta [2]

“Nggi, kalo gue pikir-pikir, omongan lo tempo hari ada benarnya juga. Selama ini Jeddy nggak pernah nunjukkin cintanya kalo kita lagi di depan umum. Dia baru nunjukkin cintanya kalo kita pas berduaan. Pertama sih gue fine-fine aja, tapi kalo dipikir-pikir sekarang... gue jadi sebel sama Jeddy,” Leya langsung curhat keesokan harinya.

“Nah, kan, apa kata gue! Kalian tuh terlalu cuek. Masa gaya pacaran kalian seperti itu? Orang yang ngeliat, pasti nggak bakalan tau kalo kalian lagi pacaran.”

“Terus, gue mesti gimana? Gue bilang Jeddy? Nggak mau, ah. Jeddy paling sebel disuruh romantis di depan umum. Norak katanya.” Lalu Anggi membisikkan sesuatu ke Leya. Leya manggut-manggut dan tersenyum puas.

***
Sabtu ini Leya dan Jeddy pergi ke kafe seperti biasa. Dan seperti biasa pula, Leya asyik baca novel dan Jeddy asyik main game di hp-nya. Sejenak Leya teringat kata-kata Anggi. Ingin dia lakukan saran Anggi tapi... tangan kiri Jeddy tiba-tiba menggegam erat tangan kanan Leya. Erat banget. Seolah Jeddy ingin bilang, aku sayang kamu, jangan pernah tinggalin aku. Leya jadi mengurungkan niatnya. Semua saran Anggi hilang dalam sekejap.

Ditolehnya Jeddy yang masih asyik main game. Tak lama Jeddy pun menoleh padanya. Dengan tangan kanan yang masih memegang hp, Jeddy terus memandangi Leya. Pandangan mata Jeddy meluluhkan hati Leya. Tak dipikirkannya lagi tentang pasangan-pasangan yang lagi mesra-mesranya di sekitar mereka. Mata Jeddy seolah menyuruhnya untuk melupakan semua peristiwa di sekitar mereka.

Lalu Leya sadar. Jeddy nggak perlu menunjukkan tanda cintanya di depan umum, kalau memang dia nggak mau. Cukup Leya saja yang merasakan tanda cintanya. Leya tersenyum menyambut genggaman Jeddy. Lalu keduanya kembali sibuk dengan novel dan game masing-masing. Seperti biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 22 Februari 2013

Tanda Cinta [2]

“Nggi, kalo gue pikir-pikir, omongan lo tempo hari ada benarnya juga. Selama ini Jeddy nggak pernah nunjukkin cintanya kalo kita lagi di depan umum. Dia baru nunjukkin cintanya kalo kita pas berduaan. Pertama sih gue fine-fine aja, tapi kalo dipikir-pikir sekarang... gue jadi sebel sama Jeddy,” Leya langsung curhat keesokan harinya.

“Nah, kan, apa kata gue! Kalian tuh terlalu cuek. Masa gaya pacaran kalian seperti itu? Orang yang ngeliat, pasti nggak bakalan tau kalo kalian lagi pacaran.”

“Terus, gue mesti gimana? Gue bilang Jeddy? Nggak mau, ah. Jeddy paling sebel disuruh romantis di depan umum. Norak katanya.” Lalu Anggi membisikkan sesuatu ke Leya. Leya manggut-manggut dan tersenyum puas.

***
Sabtu ini Leya dan Jeddy pergi ke kafe seperti biasa. Dan seperti biasa pula, Leya asyik baca novel dan Jeddy asyik main game di hp-nya. Sejenak Leya teringat kata-kata Anggi. Ingin dia lakukan saran Anggi tapi... tangan kiri Jeddy tiba-tiba menggegam erat tangan kanan Leya. Erat banget. Seolah Jeddy ingin bilang, aku sayang kamu, jangan pernah tinggalin aku. Leya jadi mengurungkan niatnya. Semua saran Anggi hilang dalam sekejap.

Ditolehnya Jeddy yang masih asyik main game. Tak lama Jeddy pun menoleh padanya. Dengan tangan kanan yang masih memegang hp, Jeddy terus memandangi Leya. Pandangan mata Jeddy meluluhkan hati Leya. Tak dipikirkannya lagi tentang pasangan-pasangan yang lagi mesra-mesranya di sekitar mereka. Mata Jeddy seolah menyuruhnya untuk melupakan semua peristiwa di sekitar mereka.

Lalu Leya sadar. Jeddy nggak perlu menunjukkan tanda cintanya di depan umum, kalau memang dia nggak mau. Cukup Leya saja yang merasakan tanda cintanya. Leya tersenyum menyambut genggaman Jeddy. Lalu keduanya kembali sibuk dengan novel dan game masing-masing. Seperti biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar