Jumat, 22 Februari 2013

Selera [2]


“Eh, habis makan siang kita liat dvd yuk, mau nggak? Gue bawa film romantis jadul nih, judulnya Ten Things I Hate about You,“ Lina berteriak antusias.
“Boleh, boleh. Habis itu liat film favorit gue ya, gue lagi demen film Bollywood nih!” Risna langsung ambil suara. Tyas kaget setengah mati.           
Deg, deg, deg…
Suara detak jantung Tyas seperti keluar dari tubuhnya dan mendengung di telinganya. Tyas langsung tercekat. Tyas membayangkan akan terjadi kediaman yang lama di antara mereka dan satu per satu temannya akan pulang karena Risna ternyata nggak seru, hobi nonton Bollywood. Mamaaaa…. batin Tyas mau menangis.
Tyas tersadar dari bayangan buruknya ketika terdengar tertawa yang riuh memenuhi teras belakang.

“Alamaaaak... ,“ celetuk Tara sambil bergidik ngeri. Tak ada nada sinis, tak ada nada mencemooh. 
Tara meledek biasa. Begitu juga tiga teman lainnya, semua tertawa geli dan Risna ikut terbahak.
“Eh, ati-ati lo kalau ngomong. Gue dulu juga anti tapi sekarang pengoleksi, tauuu….” jawab Risna berlagak marah.
“Beneeer! Tau nggak lo, gue dulu anti sama film Korea, sampai sebel banget sama adik gue yang ngefans gila sama yang serba Korea. Eh, sekarang, hari-hari gue kayak nggak lengkap kalau sebelum tidur nggak liat satu serialnya. Gue lagi liat Secret Gardennih, seru lho!” sambung Temi sambil geleng-geleng kepala, seperti heran dengan dirinya sendiri.
“Waah, gawat dong! Gue lagi sebel sama cowok gue yang lagi demen musik jazz. Gue nggak demen banget musik slow gitu, bikin ngantuk…” Tara lagi-lagi bergidik, sekarang dia membayangkan dirinya jadi suka musik jazz yang dijauhinya itu.
“Hahaha, namanya juga selera, bisa berubah setiap saat. Makanya jangan benci setengah mati deh sama sesuatu” Lina menengahi sok bijak. “Tapi, aduuuh, jangan sampai deh gue jadi demen sinetron kayak Nyokap gue,” sambung Lina sambil sambil menghadapkan kedua belah telapan tangannya di depan dada, seperti berdoa. Semuanya, lagi-lagi terbahak.
Tyas ingin menangis. Menangis bahagia. Ternyata teman-temannya adalah teman yang baik, yang berbeda selera tapi tetap saling menghargai. Dalam hati, Tyas berucap maaf karena sudah berprasangka buruk pada teman-teman baiknya. Plus berdoa, semoga gue nggak ketularan suka film India, seperti Risna sekarang, hihihi… batinnya sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 22 Februari 2013

Selera [2]


“Eh, habis makan siang kita liat dvd yuk, mau nggak? Gue bawa film romantis jadul nih, judulnya Ten Things I Hate about You,“ Lina berteriak antusias.
“Boleh, boleh. Habis itu liat film favorit gue ya, gue lagi demen film Bollywood nih!” Risna langsung ambil suara. Tyas kaget setengah mati.           
Deg, deg, deg…
Suara detak jantung Tyas seperti keluar dari tubuhnya dan mendengung di telinganya. Tyas langsung tercekat. Tyas membayangkan akan terjadi kediaman yang lama di antara mereka dan satu per satu temannya akan pulang karena Risna ternyata nggak seru, hobi nonton Bollywood. Mamaaaa…. batin Tyas mau menangis.
Tyas tersadar dari bayangan buruknya ketika terdengar tertawa yang riuh memenuhi teras belakang.

“Alamaaaak... ,“ celetuk Tara sambil bergidik ngeri. Tak ada nada sinis, tak ada nada mencemooh. 
Tara meledek biasa. Begitu juga tiga teman lainnya, semua tertawa geli dan Risna ikut terbahak.
“Eh, ati-ati lo kalau ngomong. Gue dulu juga anti tapi sekarang pengoleksi, tauuu….” jawab Risna berlagak marah.
“Beneeer! Tau nggak lo, gue dulu anti sama film Korea, sampai sebel banget sama adik gue yang ngefans gila sama yang serba Korea. Eh, sekarang, hari-hari gue kayak nggak lengkap kalau sebelum tidur nggak liat satu serialnya. Gue lagi liat Secret Gardennih, seru lho!” sambung Temi sambil geleng-geleng kepala, seperti heran dengan dirinya sendiri.
“Waah, gawat dong! Gue lagi sebel sama cowok gue yang lagi demen musik jazz. Gue nggak demen banget musik slow gitu, bikin ngantuk…” Tara lagi-lagi bergidik, sekarang dia membayangkan dirinya jadi suka musik jazz yang dijauhinya itu.
“Hahaha, namanya juga selera, bisa berubah setiap saat. Makanya jangan benci setengah mati deh sama sesuatu” Lina menengahi sok bijak. “Tapi, aduuuh, jangan sampai deh gue jadi demen sinetron kayak Nyokap gue,” sambung Lina sambil sambil menghadapkan kedua belah telapan tangannya di depan dada, seperti berdoa. Semuanya, lagi-lagi terbahak.
Tyas ingin menangis. Menangis bahagia. Ternyata teman-temannya adalah teman yang baik, yang berbeda selera tapi tetap saling menghargai. Dalam hati, Tyas berucap maaf karena sudah berprasangka buruk pada teman-teman baiknya. Plus berdoa, semoga gue nggak ketularan suka film India, seperti Risna sekarang, hihihi… batinnya sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar