Jumat, 22 Februari 2013

Cemburu [1]

“Gue rasa sudah cukup. Lebih baik kita berpisah saja.“
    “.........“
    “Please, jangan diam. Katakan sesuatu.“
    “Misalnya?“
    “Misalnya? Lo iyain saja yang gue bilang tadi. Kita putus...“
    “Gue belum bisa putus sama lo…”
    “Tapi…”
    “Beri gue alasan, kenapa lo mau putus. Selama ini kita baik-baik saja kan?”
    “Gue nggak baik-baik saja!”
    “Lalu masalahnya apa?”
    “Ah, lo nggak ngerti…”
    “Makanya bikin gue ngerti…”
    “Sudahlah, kita berpisah saja…”
    “Gue rasa, kita bisa perbaiki hubungan kita…”
    “Lo nggak ngerti…”
    “Biar gue bicara dulu…”
    “Lo selalu bilang masalah kita sepele, tapi buat gue nggak sepele.”
    “Gue nggak pernah menganggap masalah apapun sepele.”
    “Itu kan kata lo...“
    “Misalnya?”
    “Misalnya? Misalnya… Ya Tuhan, banyak!”
    “Sebutkan satu saja…”
    “Misalnya, misalnya…”
    “Apa?”
    “….”
    “Nah, sekarang lo diem. Sebenarnya, apa sih masalah hubungan kita?“
    “Lo nggak ngerti...“
    “Makanya bikin gue ngerti...“
    “Gue nggak suka...“
    “Nggak suka apa? Bilang dong, jadi gue tahu…”
    “Gue nggak suka lo banding-bandingin…”
    “Nggak suka apa? Kenapa bicara lo jadi pelan gitu? Gue nggak denger, kafe ini lumayan berisik… Lo nggak suka gue…?”
    “Gue nggak suka lo banding-bandingin!”
    “Ha? Banding-bandingin? Maksud lo apa? Kapan gue banding-bandingin lo? Gue nggak suka dibanding-bandingin, jadi gue nggak akan ngelakuin itu sama lo…”
    “Tapi… hiks…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 22 Februari 2013

Cemburu [1]

“Gue rasa sudah cukup. Lebih baik kita berpisah saja.“
    “.........“
    “Please, jangan diam. Katakan sesuatu.“
    “Misalnya?“
    “Misalnya? Lo iyain saja yang gue bilang tadi. Kita putus...“
    “Gue belum bisa putus sama lo…”
    “Tapi…”
    “Beri gue alasan, kenapa lo mau putus. Selama ini kita baik-baik saja kan?”
    “Gue nggak baik-baik saja!”
    “Lalu masalahnya apa?”
    “Ah, lo nggak ngerti…”
    “Makanya bikin gue ngerti…”
    “Sudahlah, kita berpisah saja…”
    “Gue rasa, kita bisa perbaiki hubungan kita…”
    “Lo nggak ngerti…”
    “Biar gue bicara dulu…”
    “Lo selalu bilang masalah kita sepele, tapi buat gue nggak sepele.”
    “Gue nggak pernah menganggap masalah apapun sepele.”
    “Itu kan kata lo...“
    “Misalnya?”
    “Misalnya? Misalnya… Ya Tuhan, banyak!”
    “Sebutkan satu saja…”
    “Misalnya, misalnya…”
    “Apa?”
    “….”
    “Nah, sekarang lo diem. Sebenarnya, apa sih masalah hubungan kita?“
    “Lo nggak ngerti...“
    “Makanya bikin gue ngerti...“
    “Gue nggak suka...“
    “Nggak suka apa? Bilang dong, jadi gue tahu…”
    “Gue nggak suka lo banding-bandingin…”
    “Nggak suka apa? Kenapa bicara lo jadi pelan gitu? Gue nggak denger, kafe ini lumayan berisik… Lo nggak suka gue…?”
    “Gue nggak suka lo banding-bandingin!”
    “Ha? Banding-bandingin? Maksud lo apa? Kapan gue banding-bandingin lo? Gue nggak suka dibanding-bandingin, jadi gue nggak akan ngelakuin itu sama lo…”
    “Tapi… hiks…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar