Jumat, 22 Februari 2013

Kejutan Sore Hari [2]

“Oke… oke…. Tapi sebelum lu menyampaikan hal penting apapun yang ingin lu sampaikan itu, boleh nggak gue bilang sesuatu dulu sama elu?” akhirnya Nash memberanikan diri.

“Eh...?”  kali ini Daniel yang bingung.

“Begini, gue senang jadi sahabat lu, Dan. Senaaang banget! Tapi….”

“Tapi apa, Nash?”

“Gue… ehm, gue nggak punya perasaan lebih sama elu, hanya itu. Jadi, gimana kalau kita menikmati saja persahabatan kita ini… lebih enak begini, kan?”

Daniel menatapnya seakan-akan ada burung berwarna ungu di kepalanya. Lalu tiba-tiba Daniel tertawa terbahak-bahak.

“Naaaash…! Lu emang cewek paling berani di dunia ini, gue salut! Iya sih, gue emang lagi jatuh cinta, tapi bukan sama elu. Nah, itu yang mau gue sampaikan…”

“Kalau gitu, kenapa dong pake sok pelan-pelan ngomongnya kayak mau ‘nembak’ aja?” sembur Nash menahan malu.

“Soalnya orang yang sekarang udah jadi pacar gue itu sangat dekat sama elu… gue juga baru tahu setelah jadian sama dia. Dan gue ingin menyampaikan bahwa walaupun gue sama dia pacaran, nggak akan mengubah....”

“Oh? Siapa?” potong Nash cepat-cepat. Kalimat selanjutnya dari Daniel seakan tak penting baginya. Tiba-tiba Daniel tersenyum lebar saat pintu café terbuka dan memberi isyarat pada orang yang baru datang itu untuk mendekati meja mereka.

“Hai Nash…,” suara seorang cewek yang sangat ia kenal membuat Nash langsung berpaling ke arah suara tersebut. Di hadapannya muncul Prilly, sepupunya yang manis.

“Kak Prilly? Ya ampuuun…. Kok bisa?”

Prilly memeluk sepupunya itu dan kemudian bergabung dengan mereka. Ternyata Daniel dan Prilly belajar musik di tempat les yang sama. Daniel bercerita pada Prilly bahwa ia ikut Tae Kwon Do di tempat ia dan Nash berlatih. Prilly lah yang bertanya pada Daniel apakah ia kenal dengan sepupunya itu.

Walaupun berusaha terlihat senang dengan kenyataan bahwa sahabatnya jadian dengan sepupu dekatnya, Nash tak dapat memungkiri bahwa jauh di lubuk hatinya ia merasa sedih, kesepian, dan… kecewa. Ah, mungkinkah ia cemburu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 22 Februari 2013

Kejutan Sore Hari [2]

“Oke… oke…. Tapi sebelum lu menyampaikan hal penting apapun yang ingin lu sampaikan itu, boleh nggak gue bilang sesuatu dulu sama elu?” akhirnya Nash memberanikan diri.

“Eh...?”  kali ini Daniel yang bingung.

“Begini, gue senang jadi sahabat lu, Dan. Senaaang banget! Tapi….”

“Tapi apa, Nash?”

“Gue… ehm, gue nggak punya perasaan lebih sama elu, hanya itu. Jadi, gimana kalau kita menikmati saja persahabatan kita ini… lebih enak begini, kan?”

Daniel menatapnya seakan-akan ada burung berwarna ungu di kepalanya. Lalu tiba-tiba Daniel tertawa terbahak-bahak.

“Naaaash…! Lu emang cewek paling berani di dunia ini, gue salut! Iya sih, gue emang lagi jatuh cinta, tapi bukan sama elu. Nah, itu yang mau gue sampaikan…”

“Kalau gitu, kenapa dong pake sok pelan-pelan ngomongnya kayak mau ‘nembak’ aja?” sembur Nash menahan malu.

“Soalnya orang yang sekarang udah jadi pacar gue itu sangat dekat sama elu… gue juga baru tahu setelah jadian sama dia. Dan gue ingin menyampaikan bahwa walaupun gue sama dia pacaran, nggak akan mengubah....”

“Oh? Siapa?” potong Nash cepat-cepat. Kalimat selanjutnya dari Daniel seakan tak penting baginya. Tiba-tiba Daniel tersenyum lebar saat pintu café terbuka dan memberi isyarat pada orang yang baru datang itu untuk mendekati meja mereka.

“Hai Nash…,” suara seorang cewek yang sangat ia kenal membuat Nash langsung berpaling ke arah suara tersebut. Di hadapannya muncul Prilly, sepupunya yang manis.

“Kak Prilly? Ya ampuuun…. Kok bisa?”

Prilly memeluk sepupunya itu dan kemudian bergabung dengan mereka. Ternyata Daniel dan Prilly belajar musik di tempat les yang sama. Daniel bercerita pada Prilly bahwa ia ikut Tae Kwon Do di tempat ia dan Nash berlatih. Prilly lah yang bertanya pada Daniel apakah ia kenal dengan sepupunya itu.

Walaupun berusaha terlihat senang dengan kenyataan bahwa sahabatnya jadian dengan sepupu dekatnya, Nash tak dapat memungkiri bahwa jauh di lubuk hatinya ia merasa sedih, kesepian, dan… kecewa. Ah, mungkinkah ia cemburu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar